Langsung ke konten utama

Bukan Sekarang Waktunya



Sore itu, suasana café lengang sekali. Tidak seperti biasanya, yang selalu dipenuhi pengunjung. Di café itu duduk seorang gadis kecil yang sedari tadi seperti menunggu sesuatu.
“Duuh, mana sih mereka. Katanya mau datang jam setengah enam. Tapi ini udah jam enam.” Gerutu gadis itu sembari menatap jam di handpone-nya. Berkali-kali dia berjalan melihat keluar jendela melihat kedatangan teman-temannya. Tak lama sesudah itu, dari jenjang ke lantai itu datang seorang laki-laki dengan kemeja biru dan celana levis.
“Hai, udah lama nunggu ya, Mana teman yang lain.?” ucapnya seraya  memandang gadis itu.
“Ehh, Kevin.udah lama datang, Kev.?”
 “Baru aja datang.”
“Ooh.. baru datang ya. Kok nggak sama teman-teman.”
“Kamu sendiri bagaimana?”
“Ya. Mereka pada sok sibuk. Gak bisa dihubungi.”
“OoO..” jawab Kevin singkat.
“Boleh duduk sini tidak.” Lanjut Kevin sembari mendekati kursi di hadapan gadis itu.
“Boleh… Silahkan.”
Kevin duduk dihadapan Gadis itu dan menantapnya dengan malu-malu. Gadis itu memerhatikan gerak-gerik lelaki itu dengan sudut matanya.
“Hmm… Nggun, Aku boleh nanya tidak?” ucap Kevin menghilangkan kediaman.
“Ya, boleh.”
“Ngomong-ngomong, kamu sekolah dimana sekarang?”
“Di SMAN1, kalau kamu?”
“Aku, di MAN Model.” Ucap Kevin. Anggun melirik pada kevin dengan senyum yang berbeda.
“Sekarang ketahuan kan, siapa yang bakal jadi ustad atau untazah sebenarnya.” Ucap gadis itu masih dengan senyum-senyum.
“Nggak, Nggak aku nggak kamu. Lagian, aku yakin pasti kamu kok.” Balas Kevin
“Ngapain aku? Kamu kan yang sekolah di Aliyah”
“Ya, Aliyah kan tidak selalu jadi ustadz”
“Trus, hubungannya dengan aku apa?”
“Ya. Kamu kan…”
“Ya sudah lah, aku ngerti, tapi aku kan mau jadi konsultan. Jadi aku akan berusaha” sanggah Anggun memotong perkataan Kevin. Kevin mulai tersenyum dengan tingkah gadis itu.
“Nggun, aku boleh bilang sesuatu nggak?” Lanjut Kevin berbicara.
“Apa? Mau bilang kalau  IPS itu nggak bagus ya. Atau mau bilang aku ini cocoknya jadi ustazah. Atau.. kamu mau bilang…”
“Nggak Nggun, sama sekali aku tidak mau bilang itu.”
“Lalu apa.? Jangan sampai ngejek aku ya. Awas kalu sampai ngejek aku” gerutu gadis itu dengan kesalnya.
“Nggun sejauh ini kita berteman dans aling kenal. Bahkan enam tahun kita bersama. Aku tahu, dulu aku suka menjaili kamu. Tapi itu dulu. Dulu aku benci sama kamu, tapi sekarang tidak. Sekarang aku telah mengerti apa yang dikatakan orang kepadaku. Aku tak menyangka apa yang dulu aku tidak ingin terjadi rupanya terjadi…”
“Aduuh… kebiasaan kamu nggak berubah ya Vin, selalu saja buat cerita panjang. Sekarang, to the point aja deh.” Sanggah Anggun bosan.
“Ok. Aku Cuma mau bilang ke kamu…
Aku..
Sebenarnya…”
“Anggun, Kevin” Teriak seseorang dari pintu masuk mengarah pada mereka. Akibatnya, pembicaraan Anggun dan Kevin terputus.
“Eh Agnes, Puput, Anggi. Kok lama sekali sih” Ucap Anggun menyambuti mereka.
“Sorry ya telat. Habis, nugguin mereka nih.” Ucap seorang dari mereka yang baru datang itu. Yang lainnya hanya senyum-senyum pada Anggun dan Kevin.
Tak lama sesudah itu, datang beberapa teman mereka yang lain sehingga suasana lengan café itu menjadi ramai oleh pengunjung.
“Wahh… nggak nyangka ya, kita yang kecil-kecil caberawit dulu sekarang sudah gede’ dan, hebat-hebat semua.” Ucap seorang anak kepada kawan-kawannya.”
“Ia, aku nggak nyangka bakal seperti ini jadinya. Ternyata Anggun lebih cantik dariku, dan, pokoknya semua cool banget deh” ucap seorang cewek menyikapi kata-kata temannya.”
Malam itu merupakan malam penjamuan bagi mereka. Tiga tahunsudah mereka tidak ada bertemu dan malam itulah sebagai pertemuan mereka. Semua tertawa ria salng memberi suguhan agar temannya tertawa. Berbeda dengan Kevin. Dia hanya diam saja sambil mencari-cari celah untuk melirik pada Anggun. Ingin sekali dia mengungkapkan apa yang ingin dikatakannya tadi.
“Teman-teman, tau nggak. Aku kangen sekali sama tingkah Kevin dulu yang jail. Itu tuh… waktu di kelas di suka ngunciin Anggun dikelas. Setelah itu…”
“Stelah itu aku nagis sambil teriak-teriak manggil mama kan. Habis itu aku ngadu sama guru kan” sanggah Anggun yang merasa dirinya di sebut-sebut. Saat itu, lepaslah tawa sekelompok anak muda itu. Begitupun dengan Kevin yang tampaknya dari tadi hanya diam saja.
#~#~#
Malam sudah hampir larut. Jam sudah menunjukkan pukul 21:30. Sekelompok anak muda itu sudah selesai mengadakan pertemuan mereka. Semua keluar dari café itu secara beriringan.
“Eh ia, Teman-teman. Sebelum semuanya bubar, bagaimana kalo kita foto-foto dulu. Ada baiknya kan buat kenang-kenagan.” Ucap Anggun kepada temannya.
“Ide bagus tu Nggun, yuuk” ucap puput menanggapi. Semuanya akhirnya menghabiskan waktunya kembali dengan berfoto-foto di halaman café itu.
“Vin, foto bareng yuk, Kapan lagi kita foto sama-sama.” ucap Puput sambil menarik tangan Kevin. Kevin mengikuti keinginan Puput untuk berfoto.
“Nggun, foto kami dong.”   Ucap Puput kepada Anggun sambil bergaya disamping Kevin.
“Ok. Satu.. dua..tiga..”
“Klik.. Klik..Klik” beberapa jepretan foto akhirnya berhasil diambil oleh Anggun dan hasilnya pun bagus.
“Nah. Sekarng giliran kamu Nggun.” Ucap Puput mengajak dan Anggun pun mau. Setelah melihat hasilnya, mereka bertiga tertawa melihat adegan-anggun yang lucu ketiak berfoto. Tiba-tiba
“Woi… jangan kalian aja dong, Kami kapan gilirannya.?” Ucap randi yang tampak dari tadi sudah tidak sabar untuk berfoto.
“Ia nih. Percuma kan. Aku udah nyiapin gaya model baru nih.” Sanggah Agnes.
“Ok deh, yuuk kita selvie sama-sama.” Ucap Anggun seraya mengarahkan kameranya.
Beberapa potretan pun berhasil di potretnya dan Anggun memeragakan pada semua temannya.
“Wah, udah jam sepuluh nie. Kita pulang aja yuuk. Takutnya nanti telat nih. Aku juga ada acara” ucap anggun sesaat melihat jam tangannya.
“Yaudah yuuk. Bye-bye and see you next time” ucap Agnes menaiki motornya dan beranjak meninggalkan teman-temannya. Begitupun yang lainnya. Semua berpisah malam itu menuju rumah amsing-masing. Semua tampak happy sekali.
Hanya saja Kevin yang tamoak murung dalam perjalanannya. Bagaimana tidak. Niatnnya yang ingin berbicara dengan Anggun selalu saja tertunda. Padahal sudah berbagai cara dia lakukan untuk mencari perhatian Anggun dan mendekat dengannya. Mulai dari saat makan di café itu, Kevin selalu melirik pada Anggun yang selalu tersenyum bersama teman-temannya. Hingga pada waktu berfoto, Kevin selalu mencari tempat agar selalu ada disamping Anggun. Tapi, sama sekali Anggun tidak menyikapinya.
Di dalam sebuah kamar, Anggun tampaknya juga baru menyadari sikap Kevin yang selalu mendekatinya.
“Oh ia, kayaknya tadi Kevin bilang sesuatu deh. Tapi apa ya? Kayaknya belum jadi deh.” Ucap Anggun sendiri di kamarnya itu. Kemudia, ia bergegas membuka daftar nomor telepon di handpone nya dan mencoba menghubunginya.
“Hallo assalamu’alaikum, Vin” ucap Anggun di telepon itu.
“Wa’alaikum Salam.! Ia Ada apa Nggun.?” Jawab Kevin.
“Hmm Itu Vin. Tadi kayaknya kamu mau bilang sesuatu kan sama aku.”
“Iya, trus..?”
“Kan tadi belum sempat kamu bilangin. Karena, Agnes dan teman-temannya datang. Jadi, kamu mau nggak bilanginnya sekarang?”
“Hmm gimana ya.? Emnagnya kenapa, Nggun?” sahut Kevin.
“Ya…  habisnya aku penasaran, Vin.”
“Hmm kayaknya nggak usah aja deh, Nggun. Lagian gak penting juga deh. Coma ngulur waktu aja kalau dibilangin.” Ucap Kevin Ngeles
“Hmm ya. Walau pun nggak penting tap aku kan penasaran, Vin” ucap rina saking ingin tau nya.
“Hmm ya udah. Aku akan mengatakannya  padamu Nggun. Tapi tidak sekarang. Solanya aku dah ngantuk nih.”
“Ya, trus kapan Vin?”
“Besok, Kalu nggak lusa. Lewat FB Aku katakan kepadamu”
“Yaa. Aku tunggu ya. Met malam” ucap Anggun lagi.
“Ya. Malam kembali” ucap Kevin sembari Menutup pembicaraan.
Etah apa yang dirasakan kevin? Entah lega entah kesal pada dirinya sendiri.
“Bodoh loe, Vin. Padahal tu cewek udah menantikan perkataan loe…
Apa salahnya sih loe jujur sama thu cewek. Kalau kayak gini. Loe sendiri kan yang nyalahin diri loe.” Makinya pada dirinya sendiri. Malam itu juga, Kevin tak bisa tidur hanya karena memikirkan hal tersebut.
Di sisi lain, Anggun merasa penasaran dengan kata-kata yang diucapakan oleh Kevin tadi. Dia merasakan deg-degan yang kuat karena harus menantikan waktu untuk mendengar kata-kata itu.
“Apa ya yang akan di katakan oleh Kevin. Ngapin juga dia harus ngulur waktunya.? Apa dia mau ngejek aku ya.? Hufth awas saja kalu ia.” Ucapnya sendiri dalam kamar.
..........................................................................................................................................
Dua hari telah berlalu dari malam itu. Anggun tampak tidak sabar menantikan perkataan dari Kevin sesuai dengan janjinya malam itu.
Pagi itu, dibukanya laman pesan masuk Fbnya. Dilihatnya sebuah pesan masuk. Dari Kevin. Itulah yang dinanti-nati oleh Anggun. Isi pesannya
“Anggun…
Aku ingin mengatakan ini padamu sesuai janjiku
Aku sebenarnya ragu untuk menepati janji ini. Tapi, aku kini tak sanggup untuk mengingkarinya. Aku taku akan ingkar janji dan aku taku memendam perkataan yang ingin aku katakan padamu. Disini aku ingin menyampaikan bahwasanya. Aku sangat tertarik padamu. Dimulai saat kita berada di kelas lima dulu. Aku telah mengerti tentangmu. Aku mulai tertarik pada tingkahmu yang lucu. Saat kita sudah tamat Sd, kamu ingat tidak.? Saat aku memegang tanganmu. Itu karena aku takut berpisah denganmu. Dan kamu ingat saat aku menjaili kamu, itu karena aku ingin dekat dan dfapat kamu kenang.
Anggun. Aku cinta Kamu.”
Cukup lama Anggun membaca pesan itu, sampai-sampai dia termenung mengartikan kata-demi kata yang dituliskan Kevin untuknya itu sembari mengingat kenanga-kenangan Sd-nya itu. Kemudian, dengan sigap dia membalas pesan masuk itu
“Vin, aku tahu itu. Aku sebenarnya sudah tau tentang perasaan mu padaku. Tidak hanya kamu. Ada juga teman yang lain seperti itu kepadaku. Tapi, aku takut tidak adil kepada teman-temanku, Vin. Ada baiknya kita berteman saja. Aku harap kamu tidak marah dengan jawabanku ini, Vin. Dan aku harap kamu mengerti atas semua ini Vin.”
Tak lama sesudah itu, datang lagi sebuah pesan yang juga dari Kevin
“Ia Nggun. Aku mengerti maksudmu. Aku pun paham arti sahabat di dunia ini. Tapi, salahkah jika aku menantimu. Jika sekarang bukan waktunya untukku memilikimu. Mungkin esok kelak kita akan bersatu. Bolehkah Nggun?”
“Jangan terlalu berharap Vin. Aku ini siapa.? Dan kamu siapa.? Serahkan saja semua kepada yang maha kuasa Vin” balas Anggun.
“Ya. Aku serahkan semua kepada-Nya dan aku berdoa semoga kelak kita dapat berdua menjalin kasih. Memang bukan sekarang waktunya. Tapi esok akan datang. Kita akan bahagia bersama.” Balas kevin
Tampaknya kalimat itu dibuat kevin dengan sangat yakin. Anggun tertegun membaca pesan itu.
Ya. Anggun pun jadi percaya dengan kata-kata Kevin itu. Dalam hatinya, dia juga mencintai Kevin. Tapi, dia lebih memilih untuk berteman saja saat itu. Karena banya sekali arti sahabat yang ia temui didalam hidupnya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seorang Perempuan Cantik, Pendiam...

Setelah itu, saya dibuat gila oleh kelakuannya. Ia selalu tersenyum bila mata kami beradu. Saya sudah pastilah akan garuk-garuk kepala, menunduk, dan senyum juga. Ia menggeleng-geleng dan tersenyum terus. Saya amat paham, ia sedang berusaha mengubah mindsite saya tentang dia. Saya sering menceritakan tentang sosok perempuan pendiam kepada kawan-kawan. 'Seorang perempuan cantik, pendiam. Itu hal biasa.' kata orang-orang. Tapi Pendiam yang satu ini saya anggap berbeda. Dan, bagi saya siapapun yang berkenalan, kenal atau pun mengenal saya tidak ada yang pendiam. Semuanya ahli bicara. Kami akan saling bercerita dan bertukar pikiran. "Kau baru kali ini bercerita tentang perempuan pendiam, Suf." kata teman saya. Saya langsung membayangkan wajah gadis itu saat Tarno berkata. Ingatan saya masih pada pertemuan yang entah ke berapa saat itu. Yang jelas itu pertemuan terakhir dalam ingatan saya. "Dia benar-benar pendiam. Sudah berkali-kali berpapasan.

Noda pada Muka dan Sepatu

Ibarat Muka dan Sepasang sepatu. Jika keduanya kotor, Maka yang manakah lebih dahulu dan paling sering kita cuci/ bersihkan. Fakta mengatakan, kita akan lebih sering mencuci muka daripada sepatu. Bahkan, tidak kotor pun kita akan selalu membersihkan muka baik dengan air atau sekadar me lapnya dengan kain. Sementara sepatu yang sering kita pakai hanya dicuci sekali seminggu paling sering. Atau ketika baunya sudah mulai apek. Begitu jugalah pengibaratan orang beriman dan tidak beriman (kafir). Orang beriman/mengaku beriman adalah muka tadi itu. Mereka jika sadar berbuat salah atau dosa akan cepat-cepat kembali kepada Allah. mengucapkan Istighfar dan bertaubat. Selalu, setiap kekhilafan yang ia perbuat akan terlontar kalimat memohon ampun kepada Allah. Sementara mereka yang tidak beriman, Tak ada ingatannya kepada Allah saat perbuatan dosa yang mereka lakukan. Terus, terus, dan terus apa yang disenangi mereka lakukan. Tidak pandang baik atau buruk. Tidak sadar Allah

BEKERJA DARI RUMAH?

Dunia sedang berduka. Sebuah virus berukuran amatlah kecil ukurannya sedang merajalela, berwisata ke seluruh penjuru. Indonesia pun menjadi tempat singgahnya. Seperti hal nya kereta api, siapapun yang hendak lewat pada lintasannya mesti berhen hingga gerbong demi gerbong tuntas berjalan dan plang penghambat diangkat naik, baru kita boleh berjalan. Berbeda dengan virus ini. Ia tak memiliki jalur yang jelas. Beberapa penelitian mengatakan lewat hewan, ada juga yang mengatakan ia adalah senjata biologi yang lepas. Hingga muncul gerakan dan instruksi mulai dari Program Hidup Bersih dan Sehat  (PHBS), mengurangi aktivitas di luar ruang, dan hal-hal lainnya. Beberapa waktu lalu muncul pesan/ instruksi dari Presiden Jokowi yang mana mengajak warga Indonesia untuk " Bekerja dari rumah. Belajar dari rumah. " Sebagai warga tentulah kita harus taat pada instruksi yang diberikan. Jika mendengar kata 'dari' tentulah kalimat tersebut punya alamat 'ke'.  Tapi mas