Langsung ke konten utama

Lelaki yang Selalu Membawa Hatinya Kemanapun Pergi #1

"Kamu tahu apa tentang rasa yang kumiliki?" ucap seorang laki-laki pada perempuan yang menemaniya sejak tadi di sebuah cafe. semenjak sore.
"Aku bisa lihat dari gelagatmu, tatapan matamu," jawab gadis berjilbab merah itu. Gadis itu terus menatap lelaki(nya). 
"Ini soal hati, tak bisa dinilai sekadar dari tatapan mata," Lelaki itu mencoba membantah.Ia kehabisan kata. Entah mencoba menolak, atau berbohong.
"Tak usah berbohonh lagi, Frazy. Semua orang boleh kau kalahkan denga kilahanmu. Tapi aku tidak. Apa salahnya jujur. ini memang soal hati. Aku sangat paham. Tapi, bukankah permulaannya berawal dari mata?" ucap gadis itu megorek perasaan yang ada di hati laki-laki yang dipanggilya Frazy.
"Aku takut," ucap Frazy singkat. Gadis itu melongo, sepertiya tidak mendengar dengan jelas ucapan Frazy.
"Lihat jarimu!" ucap Frazy lagi. Perempuan itu mengikuti dan menatap sebuah cincin emas melingkari jari manis sebelah kirinya.
"Aku takkan mungkin merebut seseorang yang telah dimiliki orng lain, Aku takut menjadi perampok, takut mengambil yang bukan hakku," Itu kata-kata terpanjang yang ia ucapkan selama duduk bersama di Cafe yag sebelumnya hanya ada senyum dan tawa.
"Jangan takut! Yakinlah, ketakutan itu akan berubah malapetaka untukmu. Semakin kamu takut, semakin kamu memiliki rasa itu. Bila kamu tidak jujur juga, maka kamu akan mati patah hati, mati konyol," ucap gadis lagi.
"Aku ungkapkan, utuk sekadar kata saja? setelah itu tetap sendiri? sama saja, Fatim," bantahnya. Ia mulai kesal dengan rasa yang ia tanggung. Ia telah merasa salah dengan hatinya. Meletakkan tidak pada tempatnya.
"Kamu salah paham. Aku belum berpunya, Fraz. Ini Pemberian dari ibuku, dulu. ibu menyuruhku untuk memakainya,"
"Foto kemarin?" Saggah Frazy. Fatim mati kata. Ia tak menjawab. Sepertinya semua jawaban sudah tuntas. Menurut laki-laki itu. Jawaban yng mengutuk hatiny untuk berlayar kembali.
"Bukankah dulu kamu sendiri yang mengatakan, selagi akad belum terikrar, maka setiap perempuan itu masih bisa diperjuangkan," Perempuan itu seperti memberikan harapan, meyemangati lelakinya.
...
#CatatanMoeda

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Seorang Perempuan Cantik, Pendiam...

Setelah itu, saya dibuat gila oleh kelakuannya. Ia selalu tersenyum bila mata kami beradu. Saya sudah pastilah akan garuk-garuk kepala, menunduk, dan senyum juga. Ia menggeleng-geleng dan tersenyum terus. Saya amat paham, ia sedang berusaha mengubah mindsite saya tentang dia. Saya sering menceritakan tentang sosok perempuan pendiam kepada kawan-kawan. 'Seorang perempuan cantik, pendiam. Itu hal biasa.' kata orang-orang. Tapi Pendiam yang satu ini saya anggap berbeda. Dan, bagi saya siapapun yang berkenalan, kenal atau pun mengenal saya tidak ada yang pendiam. Semuanya ahli bicara. Kami akan saling bercerita dan bertukar pikiran. "Kau baru kali ini bercerita tentang perempuan pendiam, Suf." kata teman saya. Saya langsung membayangkan wajah gadis itu saat Tarno berkata. Ingatan saya masih pada pertemuan yang entah ke berapa saat itu. Yang jelas itu pertemuan terakhir dalam ingatan saya. "Dia benar-benar pendiam. Sudah berkali-kali berpapasan.

Noda pada Muka dan Sepatu

Ibarat Muka dan Sepasang sepatu. Jika keduanya kotor, Maka yang manakah lebih dahulu dan paling sering kita cuci/ bersihkan. Fakta mengatakan, kita akan lebih sering mencuci muka daripada sepatu. Bahkan, tidak kotor pun kita akan selalu membersihkan muka baik dengan air atau sekadar me lapnya dengan kain. Sementara sepatu yang sering kita pakai hanya dicuci sekali seminggu paling sering. Atau ketika baunya sudah mulai apek. Begitu jugalah pengibaratan orang beriman dan tidak beriman (kafir). Orang beriman/mengaku beriman adalah muka tadi itu. Mereka jika sadar berbuat salah atau dosa akan cepat-cepat kembali kepada Allah. mengucapkan Istighfar dan bertaubat. Selalu, setiap kekhilafan yang ia perbuat akan terlontar kalimat memohon ampun kepada Allah. Sementara mereka yang tidak beriman, Tak ada ingatannya kepada Allah saat perbuatan dosa yang mereka lakukan. Terus, terus, dan terus apa yang disenangi mereka lakukan. Tidak pandang baik atau buruk. Tidak sadar Allah

BEKERJA DARI RUMAH?

Dunia sedang berduka. Sebuah virus berukuran amatlah kecil ukurannya sedang merajalela, berwisata ke seluruh penjuru. Indonesia pun menjadi tempat singgahnya. Seperti hal nya kereta api, siapapun yang hendak lewat pada lintasannya mesti berhen hingga gerbong demi gerbong tuntas berjalan dan plang penghambat diangkat naik, baru kita boleh berjalan. Berbeda dengan virus ini. Ia tak memiliki jalur yang jelas. Beberapa penelitian mengatakan lewat hewan, ada juga yang mengatakan ia adalah senjata biologi yang lepas. Hingga muncul gerakan dan instruksi mulai dari Program Hidup Bersih dan Sehat  (PHBS), mengurangi aktivitas di luar ruang, dan hal-hal lainnya. Beberapa waktu lalu muncul pesan/ instruksi dari Presiden Jokowi yang mana mengajak warga Indonesia untuk " Bekerja dari rumah. Belajar dari rumah. " Sebagai warga tentulah kita harus taat pada instruksi yang diberikan. Jika mendengar kata 'dari' tentulah kalimat tersebut punya alamat 'ke'.  Tapi mas