Seseorang berpesan kepada saya agat selalu meletakkan Diary tepat di sebelah buku pelajaran. Itu hal yang tak boleh dilanggar. "Ikuti saja instruksinya. Nanti kamu akan paham sendiri," ucapnya.
"Manusia itu salahnya. Termasuk juga aku sendiri. Sebelum pergi dia sudah minta pulang." lanjutnya. Saya amat paham dengan kata-kata itu. Sebab ibu juga sering memarahi ku dengan membentakkan kata-kata tersebut jika saya teramat cengeng untuk bertindak.
Di kemudian hal itu saya lakukan. setiap belajar diary selalu saya sediakan. Kadang sekadar saya lirik saja, kadang saya buka dan saya coret dengan ragam cerita. Perasaan kesal tentang hari-hari yang saya jalan, tentang mission imposible yang diberikan dosen, dan segalanya.
Bosan menulis, saya lanjutkan belajar. Membuka halaman demi halaman yang penuh dengan teori-teori. Kata teman-teman saya teori yang tertulis wajib dipahami dan dihafal. Sebab semua itu akan menjadi kunci sukses. Saya mengikuti saran teman tersebut.
"Jangan menyalahkan teori yang sudah disepakati. Nanti kamu akan kena batunya," katanya lagi.
"Kenapa pula? Apakah teori tersebut hal mutlak?" tanya saya kepada sebagian pemuka.
"Ikuti saja alurnya. Ikuti teori yang ada. Kamu bakal aman." ucapnya dengan lembut. saya tak habis pikir, terus bertanya-tanya.
Seorang teman yang amat patuh bahkan rela mencatat kembali teori yang ada. menyimpannya dalam lembara-lembaran kecil seperti jimat. Ya, dijadikan jimat agaknya. Saya bertambah Heran.
Kembali saya duduk di meja belajar. Tidak lagi membuka buku pelajaran. Masih banyak lembaran diary yang kosong. saya tuliskan lagi semua keheranan saya pada dunia. Tentang teori-teori yang katanya mutlak. -Tak boleh dilanggar, tentang jimat, dan pastinya tentang semua ini. Meletakkan diary tepat disebelah buku pelajaran.
...
Komentar
Posting Komentar